Menembus Jalanan Perkampungan dengan Sinyal Kuat XL

Halal bihalal, merupakan salah satu agenda rutin dalam perayaan hari idul firi atau pasca lebaran yang wajib dilakukan terutama dalam sebuah keluarga. Kegiatan ini pada umumnya merupakan ajang untuk bertemu dengan keluarga yang terpisah jauh, untuk berjumpa dan saling memohon maaf satu sama lain jika ada salah baik perkataan maupun perbuatan di tempo lalu.

Pada kesempatan ini, saya sebagai bagian dari keluarga Suwasana pun menjadi orang yang harus ikut dalam agenda tersebut. Tidak seperti perayaan atau acara halal bihalal tahun-tahun sebelumnya, untuk perayaan tahun ini benar-benar dirayakan dengan penuh perjuangan.



Bagaimana tidak, sebagai warga Jakarta, kita semua sudah paham bahwa momen lebaran merupakan saat dimana lalu lintas menuju luar kota Jakarta terbilang sangat tidak manusiawi. Dengan memutuskan melaksanakan halal bihalal di luar kota, yakni Bandung sesungguhnya sudah membuat kami harus paham bawa macet total telah menanti kita dalam perjalanan nantinya.

Dihari sebelum keberangkatan ke Bandung, sekeluarga sudah mulai ribut dan saling mengingatkan satu sama lain untuk memasang alarm di gadget masing-masing untuk bersiap pukul 03.00 WIB karena bus yang akan mengantar kami sekeluarga akan tiba pukul 04.00 WIB diharapkan semua sudah siap pada jam tersebut.

Namun apa mau di kata, manusia berencana namun kemalasan yang menentukan. Dengan begitu banyaknya rombongan, barulah pukul 06.00 WIB kami keluar semua dari rumah untuk menuju ke Bandung dengan kondisi matahari yang sudah mulai memerah tanda hari akan bersiap menyambut siang.

Kondisi macet Jakarta-Bandung via tol.
Benar saja, ketika rombongan keluar dari wilayah komplek dan akan memasuki tol, sudah terlihat begitu banyak kendaraan berbaris rapi pada setiap lajur jalan dan berjalan sangat pelan bahkan jalanan pagi itu tampak begitu ramai dengan bunyi klakson kendaraan yang saling bersaut-sautan karena mungkin telah emosi dengan kondisi jalanan yang begitu macet pagi itu.

Dan pada kondisi itu, semua orang dalam rombongan bus mulai saling bersaut-sautan untuk berspekulasi jalan mana yang harus ditempuh untuk menghindari kemacetan. Dan mungkin analisa kami semua di rombongan tersebut rasa-rasanya tidak akan pernah benar karena jalanan Jakarta tidak akan pernah bisa ditebak oleh pikiran manusia.

Dengan kondisi hati dongkol menyusuri kemacetan, saya pun memutuskan untuk tidur disamping pak supir yang sedang berkendara, nah loh perasaan kayak lagu:) 

Namun 2 jam berselang, ternyata kendaraan yang kami gunakan masih ikut berbaris rapi di lajur 1 dengan tumpukan mobil yang begitu banyak pagi itu. Hingga pukul 08.00, dua jam setelah meninggalkan rumah, posisi rombongan baru tiba di kawasan cikarang. Ini tentu benar-benar keterlaluan.

Akhirnya, paman saya pun berinisiatif memutuskan untuk menggunakan jalur perkampungan dan keluar dari kemacetan tol pagi itu. Dan tanpa pikir panjang, setelah menemukan gerbang tol terdekat, supir pun diarahkan oleh paman untuk keluar dari tol. Namun masalah baru akhirnya muncul.

Bus yang kami gunakan ternyata keluar di kawasan Jababeka. Kawasan industri yang sedang dalam tahap pengembangan sebagai kawasan hunian ini, ternyata memiliki rute jalan yang cukup membingungkan. Mulai dari banyaknya penunjuk jalan, serta tidak adanya papan penunjuk jalan yang jelas untuk tujuan nama kota misalnya Bandung atau Jakarta sehingga beberapa kali kami harus memutar-mutar untuk bertanya kepada orang.

Pada saat itu akhirnya saya pun teringat, bahwa kenapa kami semua dalam bus seperti orang primitif, tidak menggunakan google maps sebagai pemandu kami. Saya pun meminta paman untuk menggunakan google maps ketika itu untuk segera mengarahkan bus ke arah yang sesuai.

Dan setelah paman mengakses google map, masih saja beberapa kali bus mengarah kepada arah yang salah. Setelah saya periksa handphone paman, ternyata google maps itu tidak melakukan pointing position  secara benar. Sehingga kami pun tidak diarahkan pada jalan yang tepat.

Hal ini disebabkan oleh minimnya konektifitas data dari operator seluler yang digunakan oleh paman. Dan akhirnya saya  pun memberikan handphone saya kepada paman untuk digunakan sebagai navigasi memandu bus untuk menuju Bandung melalui jalanan perkampungan.

Dan alhamdulillah, dengan jangkauan signal yang bagus dari operator selular yang saya gunakan yaitu XL, sangat membantu kami dalam mencari akses jalan menuju bandung melalui perkampungan-perkampungan.

Bahkan, dengan koneksi data ke sistem GPS yang begitu bagus, sistem akhirnya dapat mengarahan hingga ke jalan-jalan kecil sekalipun dan dapat memandu rombongan secara tepat. Dan meski terkesan memutar karena terbatasnya ketersediaan akses jalan yang sudah di beton, kami yang berada di dalam rombongan pun dapat merasa senang karena terbebas dari kemacetan tol pagi itu.

Dan benar saja, 4 jam kemudian kendaraan yang kami gunakan akhirnya tiba di Bandung dengan keadaan selamat. Hal ini mungkin bisa menjadi lebih parah jika paman tidak mengarahkan kami untuk keluar dari tol, dan juga saya tidak menggunakan GPS untuk menembus jalanan perkampungan.

Coverage Area XL Axiata Sumber (www.nperf.com)

Sebuah sistem GPS (Global Positioning System) merupakan solusi dalam mencari arah untuk menuju ke suatu tempat, namun sesungguhnya sistem tersebut tidak akan pernah berfungsi jika memiliki akses koneksi data yang memiliki kualitas yang baik pula.

Sebagai salah satu operator telekomunikasi, XL Axiata telah menjawab keinginan konsumen terhadap kebutuhan cakupan signal yang luas dengan kualitas yang baik pula. Tentu ini merupakan layanan yang sangat dibutuhkan oleh setiap pengguna handphone dimanapun berada.

Tiba di Bandung pukul 12.15 WIB, dan setelah melakukan prosesi halal bihalal yang begitu panjang dan mengenyangkan, akhirnya pada pukul 15.00 WIB rombongan memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan untungnya ketika itu akses jalan tol dari Bandung menuju Jakarta terbilang sangat manusiawi, tidak seperti arah sebaliknya. Dan akhirnya perjalanan pulang pun ditempuh menggunakan akses tol.


Label: